PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Sesunggunya, otentisitas al-Qur’an yang berada di
tengah-tengah umat Islam saat ini tidak diragukan lagi. Riwayat-riwayat tentang
fakta sejarah pembukuan al-Qur’an yang tanzil lafzhan wa ma’nan ini
berjubel dan mutawatir. Sejarah telah merekam aktivitas umat Islam dalam
menulis, menghafal, mengumpulkan, membukukan, dan menyebarkan al-Qur’an sejak
periode Nabi Muhammad hingga periode kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan.
Sehingga, al-Qur’an yang berada di tangan umat Islam saat ini ialah al-Qur’an
yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah.
Namun, ada sejumlah kalangan yang kerap melakukan
upaya desakralisasi al-Qur’an, dengan mengkaburkan fakta sejarah ini. Upaya
desakralisasi terhadap al-Qur’an berakibat pada keragu-raguan muslim awam; jika
aktivitas jam’ul-Qur’an sejak masa Nabi hingga Sayyidina Utsman tidak
sempurna, mana mungkin al-Qur’an yang berada di tengah kita dewasa ini asli dan
otentik. Sahabat-sahabat Nabi sebagai manusia tentu saja mengalami kesalahan,
karena mereka manusia biasa, sama seperti kita. Sebagaimana Bibel yang telah mengalami
banyak penambahan, pengurangan, dan pendistorsian teks, tentu saja al-Qur’an
tidak jauh berbeda dengan Bibel
Tentu saja, makalah ini tidak akan membahas
mengenai sejarah kelam Kristen dan Bibel di Barat, dan tidak akan memaparkan
pembantahan terhadap kalangan yang memaksa menyama-nyamakan Bibel dengan
al-Qur’an, sebagaimana dilakukan oleh Adian Husaini. Makalah ini hanya akan menjelaskan
perihal sejarah pembukuan al-Qur’an, guna meyakinkan muslim bahwa al-Qur’an
kita adalah wahyu dari Allah, bukan karangan Muhammad, atau meski wahyu dari
Allah, tetapi tidak sepi dari kesalahan para sahabat sebagai manusia dalam
membukukan al-Qur’an.