Pasukan Laut - Alkisah, ada
seorang syekh yang ingin sekali pergi ke Mekah, hanya ibunya tidak meridainya. Meski
demikian, ia tetap saja pergi. Melihatnya, Sang Ibu bergumam, “Ya Allah,
sungguh ia telah membakarku dengan api perpisahan, berilah ia cobaan”.
Malam hari,
sesampai di kota, syekh itu masuk ke masjid untuk beribadah. Bersamaan dengan
itu, ada maling yang masuk ke rumah warga. Nahas, maling itu ketahuan, dan ia
lari ke samping masjid. Masyarakat mengejarnya. Mereka pun menduga maling itu
masuk ke masjid. Namun, di dalam masjid, masyarakat hanya melihat seseorang
yang shalat. Tanpa pikir panjang, mereka pun menghakimi orang itu dan
menggelandangnya menghadap raja.
Raja pun
memotong kedua tangan dan kakinya serta mencongkel matanya. Masyarakat
berteriak, “Ini adalah balasan setimpal bagi pencuri”. Dengan penuh bingung,
orang itu berkata, “Tidak! Jangan begitu. Ini adalah balasan orang yang mau ke Mekah,
namun tidak diridhai ibu”. Mendengarnya, masyarakat terhenyak dan tahu kalau ia
adalah seorang syekh. Mereka pun telah menyesal telah menghakiminya.
Setelah itu,
masyarakat mengantar tubuh syekh itu dan meletakkannya di pintu tempat
peribadatannya. Mendengar banyak orang di luar, dari dalam rumah, si Ibu cemas.
Ia berdoa lirih, “Ya Allah, bila Engkau memberi cobaan anakku, maka tetap
kembalikanlah ia kepadaku, sehingga aku tahu keadannya”. Namun, sang Ibu tetap
penasaran, siapa yang tengah dibopong orang-orang tersebut.
Tak lama
kemudian, si Ibu mendengar suara yang meronta-ronta, “Aku datang dari bepergian
dan kini aku lapar, berilah aku makan”.
“Masuklah!”,
jawab si Ibu dari dalam.
“Aku tak
punya kaki”, imbuh orang itu.
Si Ibu
menjawab, “Ulurkan saja tanganmu!”
“Aku sudah
tak punya tangan”, katanya kemudian.
“Kalau aku
memberimu makan, maka akan terjadi sebuah keharaman”.
Mendengarnya,
orang itu berkata, “Jangan takut, aku juga sudah tak punya mata”. Akhirnya si
Ibu mengambil sekerat roti dengan satu kendi air dingin, dan memberikan kepada
orang tersebut.
EmoticonEmoticon