Berdiri
kokoh di antara hijaunya Hutan Borneo, sebuah bukti kebesaran Tuhan nampak dari kejauhan.
Sejauh mata memandang, pengunjung akan disuguhkan pemandangan asri nan
menenangkan. Udara segar dan sejuk langsung terasa ketika pertama menginjakkan
kaki di lokasi wisata. Legenda tentang asal mula dan mitos yang berkembanh
seolah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Terkutuknya kapal menjadi
batu dan batu pengapit dosa menjadi pelengkap keunikan legenda yang berkembang
di masyarakat. Demikian gambaran awal tentang lokasi wisata bernama Bukit
Tangkiling yang berada di Kalimantan Tengah ini.
Mengunjungi
Kalimantan Tengah belum lengkap rasanya bila belum menyempatkan diri ke Bukit
Tengkiling. Terletak kurang lebih 34 kilo meter dari
Kota Palangka Raya, tepatnya di perbatasan Kelurahan Banturung-Tangkiling,
Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya. Bukit ini memiliki tinggi sekitar 500 m
dari atas permukaan laut. Dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk mencapai
puncaknya. Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tengkiling membentang seluas 533
hektar dan dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Kalimantan Tengah.
Di Bukit
Tengkiling, pengunjung akan menjumpai sebuah batu yang berbentuk kapal yang
terkenal dengan nama Batu Banama. Konon menurut legenda, batu tersebut adalah
sebuah kapal yang berubah menjadi batu karena terjalinnya kisah cinta terlarang
antara ibu dan anak kandungnya yang telah lama terpisah. Sang Ibu bernama Bawi
Kuwu yang berarti wanita cantik yang awet muda, dan Sang Anak bernama Kilin.
Menurut cerita, dahulu kala, wilayah yang saat ini menjadi bukit adalah daerah
berupa sungai, namun semenjak terjadinya kutukan, wilayah ini kemudian kering
dan menjadi perbukitan.
Selain terdapat Batu Banama, di bukit ini juga terdapat batu pengapit dosa yang
diyakini bahwa pada saat terjadinya kutukan B,awi Kuwu terjebak hidup-hidup di
dalam batu tersebut. Menurut kepercayaan setempat, apabila seseorang berbuat
dosa, maka dia tidak akan bisa melewati sela kedua batu itu. Upacara
penghormatan atau ritual pun biasanya diadakan oleh masyarakat di dekat batu
pengapis dosa. Fungsinya adalah untuk meminta pengampunan atas segala dosa yang
telah dilakukan. Dalam ritual terdapat pula sesajian, yang terdiri dari kue
tradisional dan kemenyan yang dibakar. Asal kata Tang pada nama Tangkiling
diambil dari masa terjadinya legenda yang menurut beberapa sumber terjadi pada
masa Dinasti Tang. Sedangkan kiling berasal dari nama tokoh dalam legenda yaitu
Kilin. Penggabungan kata ini seharusnya menjadi Tangkilin. Namun karena
kebiasaan masyarakat maka penyebutannya menjadi Tangkiling.
Saat ini Bukit Tangkiling dijadikan
sebagai salah satu objek wisata andalan Kalimantan Tengah. Untuk mendukung hal
tersebut, Pemerintah Kota Palangkaraya telah membangun beberapa fasilitas untuk
mempermudah pengunjung menuju Bukti Tangkiling seperti papan penunjuk jalan. Ketika
mencapai kakai bukit, pengunjung akan disambut dengan gapura selamat datang
yang di kedua sisinya dihias dengan ornamen perisai khas Suku Dayak. Sementara
di bangian atas gapura terdapat tulisan ‘Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling.
Pemerintah Kota Palangkaraya juga mendirikan bangunan utama di atas lahan
seluas 2 hektar yang diperuntukkan bagi para wisatawan.
Selain itu, di lokasi wisata, pemerintah
memanfaatkan lahan untuk ditanami berbagai macam pohon buah dan tanaman obat
tradisional. Tujuannya yaitu dengan adanya berbagai macam tumbuh-tumbuhan
tersebut, pengunjung bisa memetik langsung tanaman obat maupun buah-buahan yang
tersedia langsung dari pohonnya. Selain pohon dan tanaman obat yang sengaja di
tanam, di Bukit Tangkiling, pengunjung juga dapat mempelajari berbagai pohon
endemik asli Kalimantan yang dilengkapi dengan papan informasi di bawah
pohon-pohon tersebut. Para pengunjung bisa melihat langsung beberapa koleksi
satwa seperti orang utan, buaya, kera, dan burung kasuari.
Untuk meningkatkan kenyamanan selama
berwisata, tersedia pula pemandu yang dapat disewa melalui Kantor Resort BKSDA
Kalimantan Tengah atau Anak Himba Outbond yang masih berada di TWA tersebut. Selain
menyajikan keindahan alam, Bukit Tangkiling juga bisa menjadi tujuan wisata
religi dengan keberadaan Biara Pertapaan Karmel dan Pura Hindu Kaharingan.
Waktu yang paling tepat untuk mendaki
Bukti Tangkiling adalah pagi dan sore hari. Matahari tidak terlalu terik.
Tersedia dua jalur pendakian yang dapat dilewati pada saat naik dan turun
dengan titik awal pendakian yang tidak jauh dari lokasi parkir. Setelah 15
menit perjalanan, pengunjung akan menemui tempat yang cukup lapang dengan
beberapa bangku panjang dan meja kayu yang disediakan oleh pengelola untuk
beristirahat. Di lokasi ini, sebagian panorama indah sudah terlihat seperti
Sungai Rungan, Bukit Baranahu, dan hutan di sekitar Palangkaraya. Tetapi akan
jauh lebih indah setelah pengunjung mencapai Bukit Tangkiling. Segala kelelahan
akan terbayar lunas dengan keindahan jembatan Sungai Kahayan, Sungai Rungan,
dan Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyarumenteng yang terlihat jelas dari
ketinggian. Anda penasaran dengan keindahan pesona Daerah Kalimantan Tengah?
Segera kunjungi Bukit Tangkiling dan nikmati sensasi petualangan wisata alam
yang penuh legenda.[]
EmoticonEmoticon