Pasukan Laut
لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الأَكْدَارِ مَا دَامَتْ فِيْ هَذِهِ الدَّارِ فَإِنَّهَا مَا أَبْرَزْتَ إِلَّا مَا هُوَ مُسْتَحِقٌّ وَصْفُهَا وَاجِبٌ نعتها
“Selama kau hidup, jangan heran pada segala sesuatu yang
dapat mengeruhkan hati selagi hidup di dunia ini. Karena hal itu adalah
keniscayaan hidup”.
Barangkali,
kebanyakan dari kita semangat beribadah hanya dalam kondisi lapang: segala
kebutuhan terpenuhi dan hati sedang mood. Lantas, akankah kita
meninggalkan rutinitas ibadah kepada-Nya saat beban hidup melilit atau
bencana–baik dalam skala besar ataupun kecil–menunggangi ubun-ubun.
Maka dari
itu, dengan kalam bijak ini, Syekh Ibnu ‘Atha’illah sangat mewanti-wanti agar
rutinitas ibadah seorang salik tetap go dan pantang surut, meski
apapun yang terjadi. Janganlah ia gentar dengan adanya rintangan yang
membentang, karena hal itu bagian dari keniscayaan hidup. Lanjutkanlah
perjalanan dan teruslah berusaha untuk senantiasa meningkatkan kualitas
ketakwaan kepada Allah–subhana-Hu wata’ala.
Beban hidup,
cobaan, dan segala tetek bengeknya adalah hal yang lumrah terjadi dan merupakan
kelaziman yang harus dihadapi. Karena, tentunya selama kaki masih berpijak di
atas bumi ini, mustahil bila tidak dihampiri oleh kerisauan dan kesusahan
hidup.
Yang
terpenting adalah: sejauh mana seseorang dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan
kecerdasan spiritual di saat kondisi lahiriah dalam keadaan goncang. Sekadar
untuk pondasi awal, kita harus yakin bahwa semakin berat amaliah membebani
hati, semakin berat pula bobot nilai pahalanya. Seorang salik harus
senantiasa konsisten menjalankan ibadah dan tidak perlu pesimis dengan
datangnya hal-hal yang mengganggu ketenangan hatinya. Dalam salah satu
pidatonya, Nabi Muhammad–shallal-Lahu ‘alaihi wasallam–pernah
menyampaikan:
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya dunia ini alam kerisauan tidaklah lapang, dunia
ini lading kesusahan bukan lading suka cita. Seorang yang dengan seksama tahu
akan hal itu, tidak akan gembira di saat lapang dan tak pula susah di kala
sengsara. Dunia diciptakan sebagai tempat cobaan. Dan cobaan diberikan demi
meraih pahala di akhirat”.
Sayyidinia
Ja’far ash-Shadiq berkata, “Barangsiapa berusaha mendapatkan hal-hal yang bukan
menjadi tujuannya, maka sama halnya menyusahkan dirinya”. Dikatakan, “Apakah
hal itu?” Ia menjawab, “Santai di dunia”.
Manusia
diciptakan untuk berusaha dan berjuang. Dunia adalah lading, dan akhirat adalah
tempat memanen, kehidupan santai bukanlah bagian dari tujuan manusia
diciptakan., seseorang yang dalam kehidupannya santai, berarti ia menyulitkan
dirinya sendiri. Kehidupan santai tidak akan pernah mengantarkan dia kepada
kebahagiaan hakiki, melainkan akan menjadi penyebab terjerumus ke dalam ambang
kerugian. “Dunia adalah penjaranya orang muslim”. Begitulah kutipan Hadis
Rasulullah–shallal-Lahu ‘alaihi wasallam–yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah.
Hadis
tersebut telah menggambarkan kepada kita bahwa kehidupan ini penuh dengan pantangan
dan jujian. Allah–subhana-Hu wata’ala–berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الخَوْفِ
وَالجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
* الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إلَيْهِ
رَاجِعُوْنَ *
“Dan
sesungguhnya akan Aku berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya
lah kami kembali”. (QS. Al-Baqarah [02]: 156).
Oleh karena itu,
Syekh Ibnu ‘Atha’illah melanjutkan mutiara hikmahnya:
“Maka hendaknya
bagi seorang yang mengendaki wusul kepada Allah untuk tidak mempedulikan cobaan
yang menimpanya. Hendaknya ia terus berusaha sehingga nampaklah padanya sinar
makrifat yang memadamkan aghyar (sesuatu yang selain Allah) dan
melenyapkan akdar (kotoran-kotoran hati) disebabkan menyaksikan Tuhan
yang Maha Agung lagi Maha Pengampun”.
Sabar menghadapi
ujian, dan berjuang melaksanakan ketaatan adalah salah satu kunci membuka pintu
rahmat-Nya. Sesungguhnya setiap kesusahan pasti ada kebahagiaam dan tidak ada
kebahagiaan melainkan diawali dengan kesusahan. Maka bersabarlah!
EmoticonEmoticon