Kontributor: Eko Sustio
Pasukan Laut - Pada dasarnya, apapun agama yang dianut kedua orang tua Nabi, yang pasti mereka tidak berada dalam neraka. Sebab, kedua orang tua Nabi--shallal-Lahu 'alaihi wasallam--wafat sebelum terutusnya Beliau, berdasarkan ayat:
مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
"Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya ia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul. (QS. al-Isra' [17]:15).
Meski hidup pada zaman jahiliyah yang penuh kegelapan, kedua orang tua Nabi Muhammad--shallal-Lahu 'alaihi wasallam--tidak seperti orang-orang Arab jahiliyah pada umumnya. Mereka tidak menjadi orang musyrik yang menyembah sesembahan selain Allah--subhana-Hu wata'ala. Mereka adalah pengikut syariat yang dibawa oleh Nabi Ibrahim--'alaihissalam. Demikian ketarangan yang dipaparkan oleh Imam Fathur Razi dalam kitab Asrarut-Tanzil.
Namun, menurut Imam al-Qurthubi, kedua orang tua Nabi--shallal-Lahu 'alaihi wasallam--dihidupkan kembali oleh Allah--subhana-Hu wata'ala--untuk membaca kalimat syahadat.
Jadi, kalau mengacu pada pendapat ini, maka kedua orang tua Nabi--shallal-Lahu 'alaihi wasallam--adalah beragama Islam.[]
EmoticonEmoticon