Wednesday, February 8, 2017

Waswas: Intuisi Tuhan atau Bisikan Setan?


Kontributor: Ad. Muiz Ali
Pasukan Laut - Waswas adalah bisikan hati. Sebagian ulama mengatakan bahwa waswas adalah nama jenis setan pengganggu. Dalam pandangan ulama tasawwuf, waswas diartikan sebagai sesuatu yang terbesit di hati seorang ‘abid (pelaku ibadah) berupa kejelekan atau sesuatu yang sama sekali tidak memiliki nilai kebenaran. Sementara yang dimaksud dengan ilham (intuisi), seperti yang telah disepakati oleh mayoritas ulama, adalah bisikan hati atau petunjuk yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya.

Dengan demikian, betul apa yang diungkapkan oleh Imam al-Ghazali, bahwa hati ibarat cermin yang dapat memberikan pantulan atas segala sesuatu. Adakalanya pantulan itu berupa ilham dari Allah kepada hamba-Nya. Sehingga terpancar sifat-sifat kebenaran yang diajarkan Islam. Begitu pun sebaliknya, hati yang diserupakan dengan cermin juga dapat memantulkan cahaya yang dapat membentuk perilaku manusia yang menyimpang dari nilai-nilai kebenaran.

Sementara waswas, menurut al-Ghazali merupakan kebalikan dari ilham. Dari sini jelas, keduanya merupakan dua hal yang sangat kontras dan tidak bisa disamakan: antara suara yang Tuhan (ilham) dan bisikan setan. Secara implisit, hal ini telah disinggung di dalam al-Qur’an, bahwa Allah telah menjadikan dari setiap sesuatu berpasang-pasang.

Dalam sebuah Hadis diceritakan, Umar bin al-‘Ash bertanya kepada Nabi, “Ya Rasul, perilaku setan selalu membayangiku setiap aku mengerjakan salat dan membaca al-Qur’an “. Kemudian Nabi menjawab, “Ia adalah setan yang bernama Khanzab. Jika kamu merasakan seperti itu, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya (ber-ta’awwudz). Lalu meniupkan ke arah kiri sebanyak tiga kali”. Setelah Umar bin al-‘Ash mengerjakan anjuran Nabi, maka seketika itu setan langsung lari terbirit-birit.


Dalam pandangan Islam, pengganggu (muwaswis) adakalanya terdiri dari golongan jin dan adapula berbentuk manusia yang berperilaku seperti setan yang senang mengganggu orang lain yang sedang melaksanakan ibadah. Keduanya, baik jain maupun manusia, menurut Sayyidina Hasan—radhiyal-Lahu ‘anhu, seperti pernah dikutip oleh Sulaiman bin Umar, dikategorikan sebagai setan. Pendapat di atas sesuai dengan apa yang telah dinyatakan oleh Ibnu Qatadah, bahwa jiwa jin terkadang dihinggapi oleh sifat-sifat syaithani. Artinya, jin tersebut berperilaku seperti setan. Begitu juga sebaliknya, jiwa manusia juga tidak jarang dihinggapi oleh sifat-sifat tersebut, yang membuatnya berperilaku layaknya setan yang senang mengganggu kepada sesama manusia.[]


EmoticonEmoticon