Kontributor: Ad. Muiz Ali
Pasukan Laut - Waswas adalah bisikan hati. Sebagian ulama
mengatakan bahwa waswas adalah nama jenis setan pengganggu. Dalam pandangan
ulama tasawwuf, waswas diartikan sebagai sesuatu yang terbesit di hati seorang ‘abid
(pelaku ibadah) berupa kejelekan atau sesuatu yang sama sekali tidak memiliki
nilai kebenaran. Sementara yang dimaksud dengan ilham (intuisi), seperti yang
telah disepakati oleh mayoritas ulama, adalah bisikan hati atau petunjuk yang
diberikan Tuhan kepada hamba-Nya.
Dengan demikian, betul apa yang
diungkapkan oleh Imam al-Ghazali, bahwa hati ibarat cermin yang dapat
memberikan pantulan atas segala sesuatu. Adakalanya pantulan itu berupa ilham
dari Allah kepada hamba-Nya. Sehingga terpancar sifat-sifat kebenaran yang
diajarkan Islam. Begitu pun sebaliknya, hati yang diserupakan dengan cermin
juga dapat memantulkan cahaya yang dapat membentuk perilaku manusia yang
menyimpang dari nilai-nilai kebenaran.
Sementara waswas, menurut al-Ghazali
merupakan kebalikan dari ilham. Dari sini jelas, keduanya merupakan dua hal
yang sangat kontras dan tidak bisa disamakan: antara suara yang Tuhan (ilham)
dan bisikan setan. Secara implisit, hal ini telah disinggung di dalam al-Qur’an,
bahwa Allah telah menjadikan dari setiap sesuatu berpasang-pasang.
Dalam sebuah Hadis diceritakan, Umar bin
al-‘Ash bertanya kepada Nabi, “Ya Rasul, perilaku setan selalu membayangiku
setiap aku mengerjakan salat dan membaca al-Qur’an “. Kemudian Nabi menjawab, “Ia
adalah setan yang bernama Khanzab. Jika kamu merasakan seperti itu, maka
mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya (ber-ta’awwudz).
Lalu meniupkan ke arah kiri sebanyak tiga kali”. Setelah Umar bin al-‘Ash mengerjakan
anjuran Nabi, maka seketika itu setan langsung lari terbirit-birit.
Dalam pandangan Islam, pengganggu (muwaswis)
adakalanya terdiri dari golongan jin dan adapula berbentuk manusia yang
berperilaku seperti setan yang senang mengganggu orang lain yang sedang
melaksanakan ibadah. Keduanya, baik jain maupun manusia, menurut Sayyidina
Hasan—radhiyal-Lahu ‘anhu, seperti pernah dikutip oleh Sulaiman bin
Umar, dikategorikan sebagai setan. Pendapat di atas sesuai dengan apa yang
telah dinyatakan oleh Ibnu Qatadah, bahwa jiwa jin terkadang dihinggapi oleh
sifat-sifat syaithani. Artinya, jin tersebut berperilaku seperti setan.
Begitu juga sebaliknya, jiwa manusia juga tidak jarang dihinggapi oleh
sifat-sifat tersebut, yang membuatnya berperilaku layaknya setan yang senang
mengganggu kepada sesama manusia.[]
EmoticonEmoticon