Pasukan Laut - Pada awal periode, Abbasiyah mengalami puncak kejayaan, akan tetapi di kemudian hari, Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran sehingga banyak dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad sesuai dengan kebangsaan masing-masing dan mendirikan sebuah dinasti sendiri-sendiri.
Di antara dinasti tersebut adalah Dinasti
Aghlabiyyah yang berkebangsaan Arab, Dinasti Ayyubiyah yang berkebangsaan Kurdi
dan Dinasti Fathimiyyah yang berkebangsaan Mesir. Kekuasaan ketiga dinasti ini
meliputi Afrika Utara dan Mesir.
Kehadiran tiga dinasti ini telah membawa
pencerahan bagi Islam, terutama Kairo yang dijadikan sebagai ibu kota
pemerintahan. Dengan demikian Mesir telah menjadi suatu kota peradaban Islam
yang menjadi pusat segala kegiatan pada masa itu.
Awal Mula Terbentuknya Dinasti Abbasiyyah
Saat Dinasti Abbasiyah berada di bawah
kekuasaan Khalifah Harun ar-Rasyid, di bagian barat terdapat dua bahaya besar
yang mengancam Dinasti Abbasiyyah. Pertama, dari Dinasti Idris yang
beraliran Syi’ah. Kedua, dari golongan Khawarij. Oleh karena itu, Harun
ar-Rasyid segera bertindak menempatkan balatentaranya di Afrika di bawah
pimpinan Ibrahim bin al-Aghlab. Ibrahim bin al-Aghlab pun berhasil mengamankan
wilayah tersebut.
Sebagai imbalan atas jasanya. Ibrahim bin
al-Aghlab mengusulkan kepada Harun ar-Rasyid supaya wilayah Afrika dihadiahkan
kepadanya dan anak keturunannya secara permanen. Harun ar-Rasyid menyetujui usuln
Ibrahim bin al-Aghlab. Sehingga pada tahun 800 M, berdirilah Dinasti Aghlabiyah
yang berpusat di Afrika. Nama Dinasti Aghlabiyah ini diambil dari nama ayah
Ibrahim yang bernama l-Aghlab. Ia adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer
Abbasiyah.
Karena menjaga hubungan baik dengn
Khalifah Abbasiyah seperti membayar pajak tahunan, pada awal kekuasaannya,
Ibrahim I diangkat sebagai gubernur di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Bahkan, Ibrahim I diberi kekuasaan meliputi hak-hak otonomi yang besar seperti
kebijaksanaan politik dan menentukan penggantinya tanpa campur tngan dari
penguasa Abbasiyyah.
Pra Penguasa Dinasti Aghlabiyah
Dinasti ini berkuas selama kurang lebih
100 tahun (800-909 M). Wilayah kekuasaannya meliputi Afrika, Algeria, dan Sisilia.
Para penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah sebagai berikut:
- Ibrahim bin al-Aghlab (800-812 M)
- Abdullah I (812-817 M)
- Ziyadatullah (817-838 M)
- Abu ‘Iqaal al-Aghlab (838-841 M)
- Muhammad (841-856 M)
- Ahmad (856-863 M)
- Ziyadatullah (863 M)
- Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M)
- Ibrahim II (875-902 M)
- Abdullah II (902-903 M)
- Ziyadatullah III (903-909 M)
Ekspedisi Aghlabiyah
Penguasa Aghlabiyah pertama berhasil
memadamkan gejolak Kharijiyah Berber di wilayah mereka. Dilanjutkan dengan
dimulainya proyek besar merebut Sisilia dari tangan Byzantium pada masa
Ziyadtullah I. Pada waktu itu, pasukan Aghlabiyah di bawah pimpinan panglima
Asad bin Furat beserta 900 tentara berkuda dan 10000 orang pasukan jalan kaki,
berhasil merebut pulau Sisilia dari tangan Byzantium. Pada peperangan ini, Asad
bin Furad gugur dalam pertempuran. Inilah ekspedisi laut terbesar.
Selain itu, Dinasti Aghlabiyah melakukan
ekspedisi ke pulau-pulu di Laut Tengah dan pantai-pantai Eropa seperti Pantai
Italia Selatan, Sardinia, Corsica, dan Alpen. Dan pad tahun 868 M, mampu
menduduki Malpa. Kemudian Aghlabiyah melanjutkan serangn-serangannya ke pulau
lainnya dan pantai-pantai di Eropa, termasuk berhasil menaklukkan kota-kota
pantai Italia Brindisi (836/221 H), Napoli (837 M), Calabria (838 M), Toronto
(840 M), Bari Aghlabiyah berhasil merebut Malta pada tahun 868 M. Daerah-daerah
tersebut yang kemudian menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah.
Dengan demikian, pada tahun 878 M sempurnalah
penguasaan atas Sisilia, kemudian pulau itu berada di bawah pemerintahan muslim.
Pertama, di bawah kekuasaan Aghlabiyah dan kedua di bawah
gubernur-gubernur Fatimiyah, sampai penaklukan oleh Norman pada abad XI. Pulau
itu menjadi pusat bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa Kristen.
Karena tidak tahan terhadap serangan
berkepanjangan dari pasukan Aghlabiyah pada bandar-bandar Italia, termasuk kota
Roma, maka Paus Yohanes VIII (872-840 M) terpaksa minta perdamaian dan bersedia
membayar upeti sebanyak 25000 uang perak pertahun kepada Aghlabiyah. Pasukan
Aghlabiyah juga berhasil Yugoslavia (890 M), Pulau Malta (869 M), menyerang
Pulai Corsika dan Mayorka, bahkan menguasai Kota Portofino di pantai barat
Italia (890), kota Athena di Yunani pun berada dalam jangkauan penyerangan
mereka.
Dengan keberhasilan penaklukan-penaklukan
tersebut menjadikan Dinasti Aghlabiyah kaya raya, para penguasa bersemangat
membangun Tunisia dan Sisilia. Ziyadatullah I membangun masjid agung Qairawan,
sedangkan Amir Ahmad membangun masjid agung Tunis dan juga membangun hampir
10000 benteng pertahanan di Afrika Utara.
Tidak cukup itu, jalan-jalan, pos-pos,
armada angkutan, irigasi untuk pertanian (khususnya di Tunisia Selatan, yang
tanahnya kurang subur). Demikian pula, perkembangan arsitektur, ilmu, seni, dan
kehidupan keberagamaan.
Selain pesatnya pembangunan, masa Dinasti
Aghlabiyah juga merupakan masa penting munculnya Mazhab Maliki, dan ulama-ulama
terkemuka, seperti Sahnun (w. 854 M) pengarang Mudwwanat kitab Fikih
Maliki, Yusuf bin Yahya (w. 901 M), Abu Zakariya al-Kinani (w902 M), dan Isa
bin Muslim w (908 M). Karya-karya para ulama pada masa Dinasti Aghlabiyah ini
tersimpan baik di masjid agung Qairawan.
Peninggalan-Peninggalan Bersejarah
Dinasti Aghlabiyah banyak meninggalkan
bangunan-bangunan bersejarah antara lain: (1) Pembangunan kembali masjid agung
Qairawan oleh Ziyadatullah I, (2) pembangunan masjid agung Tunis oleh Ahmad,
dan (3) pembangunan karya-karya pertanian dan irigasi yang bermanfaat khususnya
di Afrika Selatan yang kurang subur.
Kemunduran Dinasti Aghlabiyah
Menjelang akhir abad IX, posisi Aghlabiyah
di Afrika merosot. Hal ini disebabkan karena penguasa terakhirnya, yaitu
Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan (berfoya-ffoya), dan seluruh
pembesarnya tertarik pada Syiah, juga propaganda salah seorang tokoh Syiah, Abu
Abdullah.
Di samping itu, perintis Dinasti
Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
kemunduran Dinasti Aghlabiyah. Dinasti Fatimiyah melakukan serangan militer terhadap
Dinasti Aghlabiyah. Ziyadatullah diusir ke Mesir setelah melakukan upaya-upaya
yang sia-sia untuk mendapatkan bantuan dari Abbasiyah untuk menyelamatkan
Aghlabiyah. Akhirnya, Dinasti Aghlabiyah tumbang pada tahun 909 M dan
digantikan Dinasti Syiah, Fatimiyah. Wallahu a’lam.[]
EmoticonEmoticon