Home
Posts filed under Kajian Akidah
Showing posts with label Kajian Akidah. Show all posts
Showing posts with label Kajian Akidah. Show all posts
Sunday, February 12, 2017
Monday, February 6, 2017
Benarkah Iman itu Fluktuatif?
Kontributor: Ahmad Fauzan AF
Pasukan Laut - Pembahasan iman dalam Islam sungguh sangat penting dan vital. Sebab, intensitas kehambaan manusia kepada Tuhannya diukur dari seberapa kuat iman itu tertancap di hati.
Pasukan Laut - Pembahasan iman dalam Islam sungguh sangat penting dan vital. Sebab, intensitas kehambaan manusia kepada Tuhannya diukur dari seberapa kuat iman itu tertancap di hati.
Tulisan ini akan membahas apakah iman itu fluktuatif (naik-turun) atau tidak? Kalau ia, apa sajakah yang dapat mempengaruhi fluktuasi tersebut.
Thursday, February 2, 2017
Polemik Pemimpin Non-Muslim
[Kontributor: Muhammad Abbas Busyro]*
Pasukan Laut - Diskursus mengenai pemimpin non-muslim di
negara mayoritas muslim, sejatinya, bukanlah hal baru dalam sejarah Islam.
Tidak hanya di Indonesia, bahkan di belahan bumi lainnya yang berkependudukan
mayoritas muslim, juga sering seringkali menjadi polemik yang nyaris tidak
menemukan titik final. Bahkan, pada waktu tulisan ini disusun, saya sedang
berada di sebuah wilayah di Indonesia, yang memiliki pemimpin non-muslim.
Namun, jika disimpulkan, umat Islam tetap diharamkan memilih pemimpin
non-muslim.
Tuesday, January 31, 2017
Riba dalam Pandangan Agama-Agama
Dalam sebuah diskusi,
seorang pakar mengatakan bahwa ayat-ayat al-Qur’an tentang riba perlu direvisi
dan diinterpretasi ulang, karena tidak sesuai dengan perubahan zaman. Dia
melanjutkan bahwa semangat zaman saat ini menuntut tidak diberlakukannya keharaman
riba. Hanya Islam lah yang mengharamkan riba, agama-agama selain Islam justru
melumrahkan dan memperbolehkannya.
Saya tahu dia adalah
seorang sekuler-liberal yang pastinya membenarkan semua agama. Tetapi
sayangnya, dia tidak membenarkan ajaran Islam tentang riba. Parahnya, ternyata
dia justru menafikan ajaran agama-agama selain Islam yang juga tidak
memperbolehkan riba. Tentu saja, opini dia tidak berdalil dan tanpa
argumentasi. Dalam beropini, saya simak hingga akhir pembicaraannya, dia tidak
memberikan data-data yang mendukung dan memperkuat pendapatnya itu. Padahal,
keharaman riba tidak saja ada di dalam ajaran Islam. Ajaran agama-agama lain,
ternyata juga melarang pemeluknya untuk mendekati riba.
Monday, January 30, 2017
Isra' Mi'raj dalam Perspektif Akidah
Oleh: Muhammad Arif
Dalam memahami peristiwa Isra’ Mi’raj, kaum muslimin terbagi menjadi 2 kelompok ekstrim. Kelompok pertama, yaitu mereka yang ekstrim mengasumsikan dengan logika; kedua, ekstrim membawa-bawa riwayat palsu dan kisah bualan.
Ketahuilah, bahwasannya segala sesuatu tidak selalu bisa diukur dengan logika, lebih-lebih jika hal itu berkaitan dengan keimanan. Menurut ulama tauhid, akal difungsikan sebagai sarana yang dapat membuktikan kebenaran syara’, bukan sebagai dasar dalam menetapkan akidah-akidah dalam agama. Di sisi lain, orang-orang kita –para da’i dan ustadz- hanya suka bercerita. Bahkan terkadang kita terjebak dengan membawa kisah-kisah palsu yang Maasya Allah sebenarnya tidak perlu digunakan. Kesalahan selanjutnya yaitu, kita hanya fokus dalam rincian cerita tanpa menghidangkan hikmah yang dapat dipetik, entah itu hikmah dari segi keilmuan akidah, fikih, ataupun akhlaq. Dan imbas dari itu semua akan menjadi “senjata makan tuan” yang digencarkan oleh kelompokkelompok luar. Salah satu ciri khas akidah ahlussunnah wal jama’ah adalah mengambil sikap tengah dan moderat. Kita tidak kaku dalam memahami makna literal suatu nash, juga tidak membiarkan akal melanglang buana tanpa kendali. Kita – Ahlussunnah Wal Jama’ah- diantara pemikiran kaum Hasyawiyah yang tekstualis dan Mu’tazilah yang logis. Kita diantara Jabariyah dan Qodiriyah. Juga diantara Khawarij dan Syiah.
Dalam memahami peristiwa Isra’ Mi’raj, kaum muslimin terbagi menjadi 2 kelompok ekstrim. Kelompok pertama, yaitu mereka yang ekstrim mengasumsikan dengan logika; kedua, ekstrim membawa-bawa riwayat palsu dan kisah bualan.
Ketahuilah, bahwasannya segala sesuatu tidak selalu bisa diukur dengan logika, lebih-lebih jika hal itu berkaitan dengan keimanan. Menurut ulama tauhid, akal difungsikan sebagai sarana yang dapat membuktikan kebenaran syara’, bukan sebagai dasar dalam menetapkan akidah-akidah dalam agama. Di sisi lain, orang-orang kita –para da’i dan ustadz- hanya suka bercerita. Bahkan terkadang kita terjebak dengan membawa kisah-kisah palsu yang Maasya Allah sebenarnya tidak perlu digunakan. Kesalahan selanjutnya yaitu, kita hanya fokus dalam rincian cerita tanpa menghidangkan hikmah yang dapat dipetik, entah itu hikmah dari segi keilmuan akidah, fikih, ataupun akhlaq. Dan imbas dari itu semua akan menjadi “senjata makan tuan” yang digencarkan oleh kelompokkelompok luar. Salah satu ciri khas akidah ahlussunnah wal jama’ah adalah mengambil sikap tengah dan moderat. Kita tidak kaku dalam memahami makna literal suatu nash, juga tidak membiarkan akal melanglang buana tanpa kendali. Kita – Ahlussunnah Wal Jama’ah- diantara pemikiran kaum Hasyawiyah yang tekstualis dan Mu’tazilah yang logis. Kita diantara Jabariyah dan Qodiriyah. Juga diantara Khawarij dan Syiah.
Oportunis NU yang Kesiangan
Oleh: Salman al-Farisi*
“Maka tidaklah disebut mazhab pada masa saat ini kelompok dengan kriteria-kriteria sifat yang telah disebut tadi, kecuali hanyamazâhibul-arba’ah’ (yaitu mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal). Selain dariyang empat itu, seperti mazhab Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah, maka mereka adalah ahlul-bid’ah yang tidak boleh berpegang pada pandangan-pandangan mereka”
Subscribe to:
Posts (Atom)