Home
All posts
Thursday, February 16, 2017
Wednesday, February 15, 2017
Kajian Kitab al-Hikam: Ketika Jalan Menjadi Terjal
Pasukan Laut
لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الأَكْدَارِ مَا دَامَتْ فِيْ هَذِهِ الدَّارِ فَإِنَّهَا مَا أَبْرَزْتَ إِلَّا مَا هُوَ مُسْتَحِقٌّ وَصْفُهَا وَاجِبٌ نعتها
“Selama kau hidup, jangan heran pada segala sesuatu yang
dapat mengeruhkan hati selagi hidup di dunia ini. Karena hal itu adalah
keniscayaan hidup”.
Telaah Jam’ul-Qur’an pada Tiga Periode dan Pembagian Ayat dan Surat dalam al-Qur’an
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Sesunggunya, otentisitas al-Qur’an yang berada di
tengah-tengah umat Islam saat ini tidak diragukan lagi. Riwayat-riwayat tentang
fakta sejarah pembukuan al-Qur’an yang tanzil lafzhan wa ma’nan ini
berjubel dan mutawatir. Sejarah telah merekam aktivitas umat Islam dalam
menulis, menghafal, mengumpulkan, membukukan, dan menyebarkan al-Qur’an sejak
periode Nabi Muhammad hingga periode kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan.
Sehingga, al-Qur’an yang berada di tangan umat Islam saat ini ialah al-Qur’an
yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah.
Namun, ada sejumlah kalangan yang kerap melakukan
upaya desakralisasi al-Qur’an, dengan mengkaburkan fakta sejarah ini. Upaya
desakralisasi terhadap al-Qur’an berakibat pada keragu-raguan muslim awam; jika
aktivitas jam’ul-Qur’an sejak masa Nabi hingga Sayyidina Utsman tidak
sempurna, mana mungkin al-Qur’an yang berada di tengah kita dewasa ini asli dan
otentik. Sahabat-sahabat Nabi sebagai manusia tentu saja mengalami kesalahan,
karena mereka manusia biasa, sama seperti kita. Sebagaimana Bibel yang telah mengalami
banyak penambahan, pengurangan, dan pendistorsian teks, tentu saja al-Qur’an
tidak jauh berbeda dengan Bibel
Tentu saja, makalah ini tidak akan membahas
mengenai sejarah kelam Kristen dan Bibel di Barat, dan tidak akan memaparkan
pembantahan terhadap kalangan yang memaksa menyama-nyamakan Bibel dengan
al-Qur’an, sebagaimana dilakukan oleh Adian Husaini. Makalah ini hanya akan menjelaskan
perihal sejarah pembukuan al-Qur’an, guna meyakinkan muslim bahwa al-Qur’an
kita adalah wahyu dari Allah, bukan karangan Muhammad, atau meski wahyu dari
Allah, tetapi tidak sepi dari kesalahan para sahabat sebagai manusia dalam
membukukan al-Qur’an.
Alhamdulillah, Indonesia
Pasukan Laut - Syukurlah, kita bisa menikmati kearifan negeri ini. Sebuah kearifan yang dapat menenangkan pikiran dan hati dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Kita bisa merasakan estetika dan keindahan budaya dan nilai-nilai Bangsa Indonesia yang telah terpahat berabad-abad yang silam, dimulai pada masa animisme-dinamisme, lalu masa Hindu-Budha, kemudian masa Islam. Budaya dan tradisi lokal Bangsa kita telah berakulturasi dengan Islam, dan akhirnya terbentuklah budaya dan tradisi Indonesia, made in Indonesia. Alhamdulilllah, merupakan nikmat amat berharga yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Indonesia.
Beliau, Salah Satu Guru
Pasukan Laut - Bukan tanpa alasan mengapa saya mengagumi pribadi beliau. Seorang guru yang selalu berkopyah putih, bersarung kotak-kotak, dan berbaju hem lengan pendek itu sangat khumul (low profile), namun kepribadiannya cukup terkenal. Ada aura kewibawaan yang memancar dari cara beliau berjalan yang selalu menundukkan kepala menampakkan kesederhanaan.
Tuesday, February 14, 2017
Syekh al-Mushtafa al-Ghalayayni, Ulama dan Motivator Tentara Islam dalam Perang Dunia Pertama
ٍSyekh al-Mushtafa al-Ghalayayni |
Kontributor: Muhairil Yusuf
Pasukan Laut - Tidak pernah terlintas di benak kita, seorang kolonel tentara bisa menjadi seorang figur ulama terkemuka, apalagi sampai menjabat sebagai pimpinan Insitut Islam di Beirut Lebanon. Namun, apa yang dicapai al-Ghalayayni membuat mulut kita menganga, membuat hati berdecak kagum, serta angkat topi tanda penghormatan dan kapasitasnya. Ia mampu membuktikan bahwa siapapun bisa menjadi orang sukses, sebab ia yakin bahwa di muka bumi ini tidak ada yang mustahil, selama ia mau berusaha. Buktinya, al-Ghalayayni dengan latar belakang seorang kolonel tentara mampu melakukan tindakan yang spektakuler. Ia mampu menjadi ulama kontemporer, bahkan lebih dahsyatnya lagi ia mampu menjadi direktur Institut Islam di Beirut.
Subscribe to:
Posts (Atom)