Monday, January 30, 2017

Pendapat Para Tokoh tentang Syiah di dalam Tubuh NU

KH. Muhyiddin Abd. Shomad,
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (NURIS), Antirogo Jember

“Saya tidak merasakan aroma Syiah di tubuh NU. Saya melihat ada orang yang blank, tidak nyambung, antara persepsi para petinggi NU dan realita. Kalau kemudian ada orang yang menduga bahwa para petinggi NU terpengaruh Syiah, masih perlu dibuktikan. Tetapi yang jelas, menurut saya, ini bukan infiltrasi. Akan tetapi, miskomunikasi antara petinggi NU dengan warganya. Realita di lapangan, warga NU itu eksodus, dan mayoritas eksodusnya ke Syiah. Kasus di Karanggayam, Omben, Sampang, bisa menjadi bukti akan hal ini. Di sana, ada sekitar 400 warga NU, dan di Bluuran, ada sekitar 500 warga NU, semuanya eksodus ke Syiah. Padahal, Tajul bekerja menyebarkan Syiah cuma 5 tahun, yakni antara tahun 2005 sampai 2011. Coba kita bayangkan, kalau hanya dalam 5 tahun satu orang saja bisa mendapat pengikut sebanyak ini, gimana kalau lebih dari itu?.”
“Saya tahu Said Agil yang membela dan sering hadir dalam ritual-ritual Syiah serta mengekspresikan diri sebagai orang Syiah. Masalah beliau Syiah atau bukan, ini masih perlu dibuktikan. Akan tetapi, saya tidak habis pikir mengapa beliau seperti itu. Padahal, berbagai aliran yang ada harus kita sikapi sama, misalnya Wahabi, Ahmadiyah, dan Syiah. Artinya, kita memberi tahu kepada warga kita bahwa aliran-aliran itu menyimpang dari koridor Ahlussunnah Waljamaah.”



Habib Ahmad Zein Al-Kaff,
Ketua Organisasi Yayasan Albayyinat, A’wan Syuriyah PWNU Jatim

“Meminjam istilah dan sikapnya Kiai As’ad, sebaiknya  warga Nahdhiyin itu harus mufâraqah dengan pimpinan-pimpinannya. Kiai As’ad bilang seperti ini dulu. Sampai sekarang pun juga sama. Sudah saatnya warga NU itu mengumumkan MOSI tidak percaya pada pimpinannya (Said Agil Siraj, red), karena ia telah keluar dari ajaran yang digariskan oleh pendiri NU sendiri. Tidak hanya kepada Said Agil Siraj saja, tapi pada semua pimpinan NU yang sama seperti dia, kita harus mufâraqah.”
“Maka dari itu, tulislah dan sebarkan segala sesuatu yang menguntungkan AhlussunnahWaljamaah, jangan malah yang menguntungkan mereka. Gak usah takut ente!.”


KH. Nurkholis Musytari,
Ketua Aswaja Bangil dan Pengamat Syiah

“Kalau masalah penyusupan itu memang jelas-jelas ada. Bahkan itu ada sejak dulu. Terutama penyusupan mereka lewat media. Televisi, radio, internet, telah mereka kuasai semuanya. Tidak hanya lewat media saja, mereka juga menyusup lewat dunia pendidikan. Orang-orang lemah di kalangan NU yang tidak sanggup membiayai pendidikan, mereka menyediakan dana yang jadi beasiswa. Beasiswa ini datangnya di-remote dari Iran. Mereka mengucurkan dana bermiliar-miliar dari sana.”
“Jadi, mereka itu sudah masuk di semua lini. Kalau dalam masalah dakwah, kalah kita. Baru-baru ini, saya telah membaca majalah Aulayang isinya tentang Syiah. Waduh, pokoknya kalau masalah penyusupan, mereka itu sudah bergerak di semua lini, terutama media!”.


KH. Ilham Masduqi,
Ulama Kharismatik, Kritikus, dan Pengkaji ASWAJA

“Takrif Ahlussunnah WalJamaah diambil dari sabda Nabi, ‘Mâ anâ ‘alaihi wa ash­hâbi’. Kata   di sini adalah ajaran yang dilalui oleh Rasulullah r, dan wa ashhâbi adalah ajaran yang dilalui oleh sahabat Nabi. Dalam satu bukunya, Said Agil menganggap definisi Ahlussunnah Waljamaah ini sudah tidak relevan, bahkan ia membuat definisi sendiri yang malah membuatnya jadi berantakan.”
“Said Agil menulis begini, Oleh karena itu, menurut hemat penulis, Ahlussunnah sebenarnya bisa didefinisikan sebagai berikut: Ahlussunnah adalah orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan asas, dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan dan toleransi’.”
“Jadi, dasar-dasar Islammenurut Said Agilberasal dari yang tiga itu, bukan al-Quran, Hadis,dan ijmak sehingga, dari definisi ini, semua aliran (bahkan aliran sesat, red) nanti bisa masuk. Ini adalah salah satu bukti bahwa ia (Said Agil) mengobrak-abrik faham Ahlussunnah Waljamaah.”


KH. Abdul Hamid Baidlowi
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wahdah, Lasem, Rembang, Jawa Tegah
Parahnya, NU-pun sudah mulai digerogoti akidah Syiah.Khomaini tidak segan menuduh Nabi Muhammad dengan tuduhan yang penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Jika Khomaini menuduh Nabi dengan penuh kebohongan, maka Said Aqil pun pernah menuduh Nabi dengan penuh kepalsuanSungguh, ini merupakan penghinaan yang kejam Said Aqil terhadap Nabi Muhammad. Pantaskah itu diucapkan oleh seorang muslim? Pantaskah ucapan itu dilontarkan oleh orang yang konon kabarnya lulusan Ummul Quro (Mekkah) yang merupakan kota pusat lahirnya Islam pertama kali?”
(www.nahimunkar.com)


Ust. Muhammad Idrus Romli,
Ketua LBM NU Jember dan Anggota MIUMI Pusat

“Menurut saya, pernyataan Said Agil bahwa Syiah itu tidak sesat adalah pendapat pribadi, bukan atas nama NU, walaupun kapasitas beliau sebagai Ketua Umum. Kiai Hasyim sudah tegasdawuh dalam kitab-kitab beliau bahwa Syiah sesat. Bisa jadi Said Agil tidak paham tentang Syiah, dan bisa jadi beliau mewakili Syiah di tubuh NU. Karena banyak berdekatan dengan orang-orang Syiah lalu dapat uang dari mereka, akhirnya pandangannya ikut Syiah. Jadi, semacam oportunis. Kalau dia dikatakan sebagai penyusup terlalu radikal, lebih tepatnya dikatakan Oportunis. Dalam berbagai tulisannya sering memakai logika dan paradigma Syiah, lalu mengatakan ini adalah paradigma AhlussunnahWaljamaahCasing yang digunakan adalah Ahlussunnah, tapi software-nya adalah Syiah.”
“Kalau secara kelembagaan, NU tidak terpengaruh Syiah, tapi kalau secara individu ada yang terpengaruh. Orang Syiah tidak harus 100% Syiah, tapi ada juga yang tasyayyu”.

Wawancara Fauzan al-Farisi, Salman al-Farisi, dan M. Sholeh


EmoticonEmoticon