Wednesday, February 15, 2017

Kajian Kitab al-Hikam: Ketika Jalan Menjadi Terjal


Pasukan Laut

لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الأَكْدَارِ مَا دَامَتْ فِيْ هَذِهِ الدَّارِ فَإِنَّهَا مَا أَبْرَزْتَ إِلَّا مَا هُوَ مُسْتَحِقٌّ وَصْفُهَا وَاجِبٌ نعتها

“Selama kau hidup, jangan heran pada segala sesuatu yang dapat mengeruhkan hati selagi hidup di dunia ini. Karena hal itu adalah keniscayaan hidup”.

Barangkali, kebanyakan dari kita semangat beribadah hanya dalam kondisi lapang: segala kebutuhan terpenuhi dan hati sedang mood. Lantas, akankah kita meninggalkan rutinitas ibadah kepada-Nya saat beban hidup melilit atau bencana–baik dalam skala besar ataupun kecil–menunggangi ubun-ubun.

Maka dari itu, dengan kalam bijak ini, Syekh Ibnu ‘Atha’illah sangat mewanti-wanti agar rutinitas ibadah seorang salik tetap go dan pantang surut, meski apapun yang terjadi. Janganlah ia gentar dengan adanya rintangan yang membentang, karena hal itu bagian dari keniscayaan hidup. Lanjutkanlah perjalanan dan teruslah berusaha untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah­–subhana-Hu wata’ala.

Beban hidup, cobaan, dan segala tetek bengeknya adalah hal yang lumrah terjadi dan merupakan kelaziman yang harus dihadapi. Karena, tentunya selama kaki masih berpijak di atas bumi ini, mustahil bila tidak dihampiri oleh kerisauan dan kesusahan hidup.

Yang terpenting adalah: sejauh mana seseorang dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan kecerdasan spiritual di saat kondisi lahiriah dalam keadaan goncang. Sekadar untuk pondasi awal, kita harus yakin bahwa semakin berat amaliah membebani hati, semakin berat pula bobot nilai pahalanya. Seorang salik harus senantiasa konsisten menjalankan ibadah dan tidak perlu pesimis dengan datangnya hal-hal yang mengganggu ketenangan hatinya. Dalam salah satu pidatonya, Nabi Muhammad–shallal-Lahu ‘alaihi wasallam–pernah menyampaikan:

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya dunia ini alam kerisauan tidaklah lapang, dunia ini lading kesusahan bukan lading suka cita. Seorang yang dengan seksama tahu akan hal itu, tidak akan gembira di saat lapang dan tak pula susah di kala sengsara. Dunia diciptakan sebagai tempat cobaan. Dan cobaan diberikan demi meraih pahala di akhirat”.

Sayyidinia Ja’far ash-Shadiq berkata, “Barangsiapa berusaha mendapatkan hal-hal yang bukan menjadi tujuannya, maka sama halnya menyusahkan dirinya”. Dikatakan, “Apakah hal itu?” Ia menjawab, “Santai di dunia”.

Manusia diciptakan untuk berusaha dan berjuang. Dunia adalah lading, dan akhirat adalah tempat memanen, kehidupan santai bukanlah bagian dari tujuan manusia diciptakan., seseorang yang dalam kehidupannya santai, berarti ia menyulitkan dirinya sendiri. Kehidupan santai tidak akan pernah mengantarkan dia kepada kebahagiaan hakiki, melainkan akan menjadi penyebab terjerumus ke dalam ambang kerugian. “Dunia adalah penjaranya orang muslim”. Begitulah kutipan Hadis Rasulullah–shallal-Lahu ‘alaihi wasallam–yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Hadis tersebut telah menggambarkan kepada kita bahwa kehidupan ini penuh dengan pantangan dan jujian. Allah–subhana-Hu wata’ala–berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الخَوْفِ وَالجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ * الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُوْنَ *

“Dan sesungguhnya akan Aku berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali”. (QS. Al-Baqarah [02]: 156).

Oleh karena itu, Syekh Ibnu ‘Atha’illah melanjutkan mutiara hikmahnya:

“Maka hendaknya bagi seorang yang mengendaki wusul kepada Allah untuk tidak mempedulikan cobaan yang menimpanya. Hendaknya ia terus berusaha sehingga nampaklah padanya sinar makrifat yang memadamkan aghyar (sesuatu yang selain Allah) dan melenyapkan akdar (kotoran-kotoran hati) disebabkan menyaksikan Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Pengampun”.

Sabar menghadapi ujian, dan berjuang melaksanakan ketaatan adalah salah satu kunci membuka pintu rahmat-Nya. Sesungguhnya setiap kesusahan pasti ada kebahagiaam dan tidak ada kebahagiaan melainkan diawali dengan kesusahan. Maka bersabarlah!


EmoticonEmoticon